1. MEMBELI OBAT (PESTISIDA) BUKAN BERDASARKAN “MERK”, TAPI FUNGSI DAN KANDUNGAN BAHAN AKTIFNYA
Banyak sekali merk dagang obat (pestisida) yang beredar di Indonesia. Petani akan bingung memilih jika hanya bergantung pada merk. Yang membedakan merk obat yang satu dengan yang lainnya yaitu hanya ZAT PEMBAWA. Apapun merknya, jika kandungan bahan aktif sama maka memiliki fungsi dan sifat yang sama. Contoh bahan aktif MANGKOZEB, yaitu fungisida KONTAK untuk mengendalikan jamur secara langsung ketika ada serangan jamur atau fungi pada tanaman. Difenoconazol dan Tebuconazol, berarti fungisida SISTEMIK untuk mengendalikan jamur dengan cara diserap jaringan tanaman dan mencegah tanaman terlebih dahulu sebelum terserang oleh jamur . ABAMECTIN adalah INSEKTISIDA kontak kuat untuk mengendalikan hama TRIP, LIRIOMYZA (Grandong) dan masih banyak lagi bahan aktif lainnya.
2. MENGENAL SiFAT DAYA KERJA OBAT (PESTISIDA)
Pestisida memiliki beberapa cara kerja yang dapat dibagi menjadi beberapa jenis yang sering disebut sebagai racun kontak, racun sistemik, racun perut, racun pernafasan , fumigant, IGR, racun akut dan antikoagulan.
- Racun Kontak, disebut sebagai racun kontak jika suatu pestisida bekerja dengan baik apabila terkena atau kontak langsung dengan OPT sasaran. Yang termasuk racun kontak umumnya adalah insektisida, fungisida dan herbisida. Untuk jenis insektisida, penggunaan racun kontak sangat efektif untuk mengendalikan serangga yang menetap dan tidak tersembunyi, seperti ulat, kutu daun, dan semut. Racun ini kurang bekerja baik terhadap serangga-serangga yang mempunyai mobilitas tinggi atau tersembunyi, seperti lalat, kutu kebul, dan belalang. Contoh insektisida racun kontak misalnya yang berbahan aktif golongan piretroid (sipermetrin, deltametrin), klorpirifos, bpmc, dll. Fungisida kontak efektif untuk mengendalikan cendawan yang tidak berada dibagian dalam/sistem jaringan makanan. Kekebalan cendawan terhadap suatu fungisida kontak jarang terjadi atau perlu waktu yang lebih lama. Dan ini menjadi kelebihan fungisida kontak. Contoh fungisida kontak misalnya yang berbahan aktif mankozeb, maneb, zineb, ziram, dll. Pengertian Herbisida kontak adalah herbisida yang tidak bisa masuk mengikuti saluran makanan tanaman, artinya jika herbisida ini disemprot pada daun, maka akarnya tidak ikut mati. Contohnya adalah herbisida dengan bahan aktif parakuat.
- Racun Sistemik, Pestisida jenis ini akan bekerja jika racun yang disemprotkan ke bagian tanaman maka mudah terserap masuk ke dalam jaringan tanaman baik melalui akar maupun daun sehingga dapat membunuh OPT. Pada insektisida sistemik, serangga akan mati kalau sudah memakan atau menghisap cairan tanaman yang sudah menyerap racun. Insektisida sistemik sangat cocok untuk mengendalikan serangga penghisap atau serangga yang sulit dikendalikan menggunakan racun kontak. Contoh insektisida sistemik misalnya insektisida berbahan aktif dimehipo, imidakloprid, fipronil, asefat, dll. Beberapa bahan aktif insektisida ada yang dikategorikan sebagai racun sistemik lokal (“translaminar”), artinya racun dapat terserap hanya terbatas dari atas ke bagian bawah daun misalnya. Racun tidak bisa masuk ke dalam jaringan system saluran makan. Untuk fungisida, dikategorikan sebagai racun sistemik jika racunnya dapat masuk terserap ke dalam jaringan system saluran makanan tanaman. Fungisida ini bisa mengendalikan cendawan yang berada dalam saluran makanan. Pintu masuknya bisa lewat daun juga bisa lewat akar. Penyemprotan yang terlalu sering dengan fungisida sistemik dapat menyebabkan cendawan cepat kebal dan ini perlu diwaspadai. Caranya dengan melakukan pergiliran penyemprotan dengan fungisida konta. Contohnya adalah fungisida berbahan aktif karbendazim, difenokonazol, dll. Untuk herbisida sistemik, memiliki artinya racunnya dapat masuk terserap ke dalam saluran makan tanaman. Jika daun yang disemprot, maka akarnya yag tidak terkena semprotan juga bisa mati. Cara kerja herbisida sistemik umumnya lebih lambat sehingga gejalanyapun lebih lama terlihat. Namun pertumbuhan kembali si rumput jauh lebih lama dibandingkan herbisida kontak. Contoh herbisida sistemik adalah herbisida berbahan aktif glifosat, 2,4-D, metsulfuron metal, dll.
- Racun Perut, Pestisida ini akan bekerja jika racun tertelan oleh serangga dan merusak lambung, sehingga sering juga disebut sebagai racun lambung . Istilah racun perut hanya ada pada jenis insektisida.
- Racun Pernapasan, Cara kerja racun ini hanya ada pada insektisida dan akan bekerja jika terhisap melalui organ pernafasan. Waktu penyemprotan yang paling efektif adalah ketika hama sasaran sedang berada pada puncak aktifitasnya, sehingga dengan pernapasan yang semakin cepat maka semakin banyak pula racun yang dihisap.
- Fumigant, Suatu pestisida disebut sebagai racun fumigan apabila racun tersebut dapat mengeluarkan gas yang dapat mematikan OPT, baik hama maupun penyakit. Racun jenis ini sering disebut juga dengan fumigasi, biasanya lebih banyak digunakan untuk mengendalikan serangga pada gudang atau pra pengapalan. Contohnya yang berbahan aktif aluminium fosfid, dazomet, dll.
- IGR adalah Insektisida Growth Regulator, insektisida yang mengendalikan serangga dengan mengatur/mengganggu pergantian kulit serangga. Oleh karena pergantian kulit serangga mengalami gangguan, maka siklus hidup serangga terputus dan akhirnya mati. Pengaruh insektisida jenis ini tidak secepat insektisida kontak atau sistemik. Serangga yang disemprot IGR, tetap bisa makan dan hidup layaknya serangga yang tidak kena semprot. Bagian tanaman tetap rusak sampai pada tahapan ganti kulit barulah serangga mati. Cara kerjanya yang lambat seperti ini kurang disenangi petani, sehingga IGR tidak popular di tingkat petani. Contohnya adalah insektisida berbahan aktif flufenoksuron, lufenuron, dll.
- Racun Akut dan Antikoagulan, Racun ini hanya ada pada rodentisida, yaitu racun untuk memgendalikan tikus. Suatu jenis rodentisida disebut sebgai racun akut, jika racun tersebut bekerja cepat (beberapa jam saja). Jenis rodentisida racun akut biasanya cepat membuat tikus jera sehingga efektifitasnya jauh berkurang saat diaplikasikan untuk yang kedua dan seterusnya. Contohnya adalah rodentisida berbahan aktif seng fosfid. Sedangkan racun antikoagulan bekerja dengan cara menghambat pembekuan darah. Tikus yang terkena rodentisida antikoagulan akan mengalami pendarahan yang keluar dari anus, telinga dan hidung. Racun ini bekerja lebih lambat, perlu waktu 48 jam atau lebih tikus mati jika sudah memakan jenis racun ini dan tidak menimbulkan jera umpan. Contohnya yang berbahan aktif brodifakum, bromadiolon, dll.
- Tepat sasaran : Tepat dalam “mendiaknosa” penyakit yang menyerang semisal Bercak Daun apa Busuk Daun.
- Tepat jenis : Jika kita yakin penyakit yang menyerang busuk daun, maka racun kontak yang digunakan berbahan aktiv klorotalonil atau propineb dan racun sistemiknya berbahan aktiv tebuconazol
- Tepat waktu : Waktu penyemprotan: Pagi: jam 6-10 Sore: Jam 3-6. Racun kontak dapat juga semprotkan pada malam hari, sedangkan racun sistemik TIDAK DAPAT disemprotkan pada malam hari (stomata dan kutikula akan menutup pada saat malam hari jadi tidak efektif untuk meresap obat yang bersifat sistemik). Hal ini bertujuan agar afikasi kerja obat dabat berfungsi secara maksimal.
- Tepat dosis/konsentrasi : Ikuti petunjuk dan aturan dosis. Biasanya dosis umum yang sering digunakan adalah 1 ml per 1 liter air. Atau 15-17 ml per tangki semprot 17 liter.
- Tepat cara penggunaan : Obat yang bersifat alkalis tidak dapat dicampur dengan obat yang lain dalam penyemprotan. Jangan menyemprot berlawanan arah angin, karena dengan angin yang berlawanan, semprotan yang dihasilkan oleh sprayer bisa mengenai tubuh petani yang menyemprot. Saat kita bertujuan mengendalikan penyakit karena fungi, sementara hentikan penggunaan pupuk yang mengandung NITROGEN tinggi atau bahan yang mengandung protein tinggi (C, H, O, N).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar